Masuk Islamnya Syaifullah.. (Sang Pedang Allah)
Pada edisi kali ini rohis tauladan menampilkan seorang panglima perang yang cerdas nan cekatan dalam menyusun strategi perang. Tak hanya pernah memimpin umat islam berperang, namunn di masa lalunya sebelum Sahabat Rasulullah ini beriman, dia memimpin pasukan kafir yang berhasil mengalahkan umat islam di Perang Uhud. Berikut ini adalah kisah masuk islamya Syaifullah, Khalid bin Walid
Khalid dilahirkan kira-kira 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Bani Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy yang biasanya bertugas mengurus gudang perang dan perlengkapan prajuritnya saat terjadi perang. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid adalah keponakan Nabi Muhammad dari istrinya yg bernama Maimunah. Dan dia juga sepupu Umar bin Khatab. Pernah pada masa kanak-kanak Khalid mematahkan kaki Umar saat beradu gulat, tetapi masih bisa disembuhkan.
Ayah Khalid adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Tapi dia sangat menghormati Ka'bah. Dua tahun sekali dia menyediakan kain penutup Ka'bah. Dan dia sering memberi makan orang-orang yang berkumpul di Mina. Hati Walid juga merasa bahwa Al Qur-'an itu adalah kalimat-kalimat Allah benar. Namun karena kebanggaan atas dirinya yang manjadikan dia takut kehilangan jabatannya telah menghalangi dia untuk masuk Islam hingga ajal menjemput.
Latihan Pertama
Ayah Khalid adalah orang yang sangat kaya. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid lebih leluasa untuk mewujudkan cita-citanya karena tidak usah bekerja lagi demi menambah penghasilan keluarganya. Cita-cita Khalid adalah ingin menjadi panglima perang rakyatnya, karena baginya itu adalah hal terhormat di mata rakyat. Dia juga ingin seperti ayah dan paman-pamannya yang menjadi orang terpandang di sukunya. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan bela diri. Dia juga mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang, memanah serta belajar memimpin angkatan perang. Bakat-bakat aslinya ditambah latihan yang keras membuatnya tumbuh menjadi orang yang luar biasa. Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan orang-orang.
Menentang Islam
Sejak kecil Khalid telah sanggup merebut hati rakyatnya sehingga saat dewasa dia diangkat sebagai pemimpin suku Quraisy. Karena saat itu orang-orang Quraisy sangat anti dan memusuhi agama Islam beserta penganut-penganutnya, Khalid sebagai orang penting suku Quraisy harus berani berdiri digaris paling depan dalam perlawanan terhadapnya. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran melawan orang-orang Islam. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pemimpin.
Peristiwa Uhud
Kekalahan kaum Quraisy di dalam perang Badar membuat mereka jadi malu, marah, tapi juga takut melawan pasukan Islam. Mereka merasa terhina, karena kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah tercoreng oleh kekalahannya dari orang-orang Islam yang dianggap sebagai suku baru. Sebab itu Khalid bin Walid bertekad membalaskan dendam sukunya dalam peperangan Uhud.
Pada Perang Uhud pasukan Islam mengambil posisi membelakangi bukit Uhud. Walaupun kedudukan pertahanannya baik, pasukan Islam masih mendapat suatu kekhawatiran. Di bukit Uhud ada suatu tanah gentingyang apabila dikuasai musuh pertahanan Pasukan Islam bisa dengan cepat dihancurkan. Untuk menjaganya, Rasulullah menempatkan 50 orang pemanah terbaik yang diperintahkan untuk tidak meninggalkan tempatnya.
Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi hati mereka semua ragu melawan lagi pasukan Islam yang sangat berani dan tak takut mati. Terbukti setelah pasukan Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, pasukan Islam dapat segera menguasai wilayah mereka. Kekuatannya menjadi terpecah-belah dan mereka lari cerai-berai. Tetapi Khalid bin Walid tidak gentar dan mencari kesempatan terbaik untuk menyerang balik dengan serangan yang mematikan.
Melihat orang-orang Quraisy telah tercerai berai, sebagian besar pemanah penjaga tanah genting tidak menaati perintah Rasulullah, sebaliknya mereka malah turun untuk mengambil harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan keahliannya segera melihat kesempatan baik ini. Dan dengan sekejab dia bisa mengumpulkan kembali pasukan Bersama pasukannya dia langsung menyerbu tanah genting. Dengan mudah tanah tersebut dikuasainya, dan setelah itu mereka leluasa menggempur pasukan Islam dari belakang. Maka kemenangan pasukan Islam yang di depan mata dengan sekejab berubah menjadi kekalahan.
“Hai Muhammad kami sudah Menang, kamu telah kalah dalam peperangan in... Lihatlah pamanmu Hamzah yang tewas tercabik cabik tubuhnya dan lihatlah pasukanmu yang telah porak poranda.” kata Khalid kepada Rasulullah. Rasulullah menjawab, “Tidak! Aku yang menang dan engkau yang kalah Khalid… Mereka yang gugur adalah Syahid, Sebenarnya mereka tidak mati wahai Khalid, mereka hidup di sisi Allah SWT penuh dengan kemuliaan dan kenikmatan, mereka telah berhasil pindah alam dari dunia menuju akhirat menuju surga Allah karena membela Agama Allah gugur sebagai syuhada. Akan tetapi Matinya tentaramu, matinya sebagai Kafir dan dimasukkan ke Neraka Jahannam.” Setelah itu Khalid langsung memerintahkan pasukannya untuk kembali.
Setelah sampai di rumah dia terngiang kata Rasulullah tersebut, dan setelah itu dia mengutus mata-mata untuk mengintai kehidupan sehari-hari Rasulullah. Dan setelah beberapa lama mengintai, mata-mata Khalid kembali dan mengatakan, “Aku mendengar Muhammad bicara kepada para pasukannya, ”Aku heran kepada Panglima Khalid bin Walid yang gagah perkasa dan cerdas, tapi kenapa dia tidak paham dengan agama Allah yang aku bawa, sekiranya Khalid bin Walid tahu dan paham dengan Agama yang aku bawa, dia akan berjuang bersamaku ( Muhammad ), Khalid akan aku jadikan juru rundingku yang duduk bersanding di sampingku.”
Setelah mendengar laporan mata-matanya, Khalid semakin penasaran dengan pribadi Rasulullah. Lalu dia memutuskan untuk melihat Rasulullah langsung dengan menyamar. Di tengah perjalanan dia mendapati Bilal sedang berdakwah kepada para petani. Bilal menyampaikan kalam Allah yang artinya: “Hai manusia kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku suku supaya kamu saling mengenal dengan baik. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang-orang yang paling bertaqwa karena sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS Al Hujarat:13). Klahid teperanga melihat Bilal, seorang budak hitam buta huruf bisa berbicara seindah dan sehebat itu. Dia percaya bahwa itu pasti bukan dari perkataan manusia, tetapi benar Firman dari Allah.
Ternyata gerak-gerik Khalid yang menyamar itu telah diawasi Ali bin Abi Thalib. “Hai penunggang Kuda! Bukalah topengmu agar aku bisa mengenalimu! Bila niatmu baik aku akan layani dengan baik, dan bila niatmu buruk aku akan layani pula dengan buruk” Kata Ali bin Abi Thalib. Lalu Khalid membuka topeng dan samarannya, dan raut wajah Ali pun berubah menjadi tegang melihatnya. Seorang Panglima Besar Quraisy dengan Mahkota bertahta intan dan baju kebesarannya, yang hanya butuh beberapa menit untuk mengubah kemenangan pasukan Islam menjadi kekalahan saat perang Uhud, kini berada di hadapannya. Dengan tatapan mata yang karismatik, Khalid menjawab “Aku kemari punya niat baik untuk bertemu Muhammad dan menyatakan diriku masuk Islam.” Setelah itu dengan wajah yang kembali berseri-seri Ali segera menyampaikan berita itu kepada Rasulullah. Mendengar berita baik itu, Rasulullah menyambut Khalid dengan wajah berseri-seri juga.
“Ya rosululloh islamkan saya.” kata Khalid bin Walid. Lalu Rasulullah mengajarkan dua kalimat Syahadat kepadanya, dan Khalid telah kembali kapada fitrahnya dengan memeluk Islam. Setelah itu dia menanggalkan mahkota dan baju kebesarannya untuk diserahkan kepada Rasulullah. Namun saat dia akan mencopot pedangnya juga, Rasulullah melarangnya dan berkata “Jangan kau lepaskan pedang itu Khalid, karena dengan pedang itu nanti kamu akan berjuang membela agama Alloh bersamaku.” Dan setelah itu Rasulullah menjuluki Khalid dengan gelar “Syaifullah al Maslul (Pedang Allah yang Terhunus)”, dan Khalid bergabung dengan pasukan Islam dan memperjuangkan agama Allah bersama Rasulullah Muhammad SAW. Dan setelah masuknya Khalid bin Walid kepada Agama Allah, kekuatan Pasukan Islam bertambah kuat, sedangkan Pasukan Kafir Quraisy menjadi semakin lemah bagaikan ayam yang telah kehilangan induknya.
0 komentar